Penganut Malesung Pimpin Doa Pembukaan Hari Kebudayaan di Yogyakarta
TERBERITA.COM, Manado – Dua orang utusan organisasi penghayat kepercayaan Lalang Rondor Malesung (LAROMA) yakni Iswan Sual dan Stenli Ondang menghadiri Ruwat Nusantara atau Doa Lintas Iman, Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kegiatan tersrbut merupakan rangkaian peringatan Hari Kebudayaan yang diselenggarakan di Yogyakarta, pada 15-18 Oktober 2025.
Tidak hanya menghadiri, kedua utusan LAROMA berkesempatan memimpin doa pembukaan sebelum dimulainya seluruh kegiatan.
Dalam pelaksanaannya, ada lima tetua adat yang didaulat menyampaikan doa menurut keyakinan dan bahasa masing-masing suku.
Kelimanya berasal dari segala penjuru Indonesia yakni Sondang Sitorus, Panguan Parmalim; Yanus Pulu Ratujawa, Marapu Sumba Timur; Abah Widia, Kampung Adat Lingkungan Puwawirahma Cireundeu; Hendrikus Balsono Riang, Ketemenggungan Dayak Iban Jalai Lintang dan Iswan Sual, LAROMA, Minahasa.
Menariknya, setiap perwakilan komunitas adat diberi kesempatan menata sesajian (umper) di meja dan melatunkan doa-doa atau mantra-mantra khusus untuk kebaikan negeri, bangsa dan negara.
Kegiatan yang dipusatkan di kompleks museum Benteng Verdebrug Yogyakarta itu berhasil menyedot perhatian ribuan orang.
Apalagi ketika Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon dan Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha serta utusan Sultan Hamengku Buwono hadir dari awal hingga akhir.
“Kami kaget diundang namun bangga karena dipercayakan suatu tanggung jawab yang besar, yakni mendoakan bangsa dan negara, terlebih khusus terkait upaya-upaya pemajuan kebudayaan Nusantara,” ungkap Iswan Sual.
Ia mengaku sangat beruntung bisa bertemu dan berjabat tangan langsung dengan Menteri Kebudayaan serta para seniman dan budayawan perwakilan dari seluruh Indonesia.
“Berharap Hari Kebudayaan Nasional semakin menjadi pendorong dalam setiap kerja kebudayaan. Kita memiliki banyak pekerjaan rumah untuk diselesaikan dalam kaitannya dengan pemajuan kebudayaan,” sebutnya.
“Terima kasih bapak Fadli Zon sudah melibatkan penghayat kepercayaan dan masyarakat adat. Berdoa seperti yang kami lakukan adalah tantangan luar biasa agar semakin meyakinkan, bahwa Tuhan sebenarnya hadir di setiap komunitas dan budaya,”pungkas Iswan.
Hari Kebudayaan Nasional ditetapkan pada tanggal 17 Oktober berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan Nomor 162/M/2025, yang bertujuan memperkuat posisi kebudayaan sebagai pilar pembangunan bangsa dan menegaskan jati diri bangsa melalui penguatan warisan budaya.
Tanggal 17 Oktober dipilih karena bertepatan dengan hari lahirnya Bhinneka Tunggal Ika dan hari ditandatanganinya peraturan pemerintah tentang lambang negara Garuda Pancasila oleh Presiden Soekarno pada tahun 1951.
Penetapan ini merupakan pengakuan negara terhadap peran strategis kebudayaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kebudayaan diakui sebagai salah satu pilar pembangunan yang harus diperhatikan untuk kemajuan bangsa.
Selain itu juga hadir dalam acara lain seperti Karnaval Ragam Budaya Nusantara, Panggung Seni Budaya Nusantara, Seminar Sejarah Budaya Nusantara, Pameran Warisan Budaya Nusantara dan Workshop Pusaka Budaya Nusantara. (Mhr)
